MENYINGSINGKAN SELIMUT MATAHARI



MENYINGSINGKAN SELIMUT MATAHARI
(Tulisan ini kami hadirkan untuk menyambut MILAD 107 Muhammadiyah)

Muhammadiyah sebagai haroqa Islam yang lahir 107 tahun yang lalu di Kauman Jogjakarta telah memberikan warna bagi perjuangan sejarah kebangsa Indonesia, baik itu dengan lahirnya patriot pembela kedaulatan Negara dengan melahirkan pahlawan-pahlawan nasional yang tangguh yang jumlahnya cukup banyak. Diantaranya pahlawan Nasional KH. Ahmad Dahlan tokoh sang Pencerah demikian juga Pahlawan kemerdekaan seperti Jenderal Sudirman yang dikenal sebagai Pendiri TNI, demikian juga banyak diantaranya pahlawan pembangunan. Dan Muhammadiyah sepertinya tidak akan kering dari kadernya yang memberi peran penting bagi ketahanan RI disemua sektor dan bidang. Maka tepatlah sekiranya Bapak Presiden Repoblik Indonesia ke 2 H.M. Soeharto pernah berkata dalam sambutan pembukaan Muktamar Muhammadiyah “Siapa yang tidak kenal Muhammadiyah”

Melihat dari usia Muhammadiyah, maka dapat dipastikan sesungguhnya muhammadiyah lebih dewasa dari Negara ini, Muhammadiyah sudah ada sebelum Negara ini ada sebagai negara yang berdaulat. Maka dari sisi kesejarahan Muhammadiyah bersama dengan seluruh kekuatan komponen dari bangsa ini secara bersama-sama berjuang untuk melahirkan negara ini.

Artinya sungguh Negara ini tidak tahu diri kalau mengabaikan peran Muhammadiyah dan tidak enggan bekerja sama dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengapa ini penting kami sampaikan dalam tulisan ini, karena ada beberapa peristiwa yang melatar belakangi;
1.       Pemerintah acapkali hadir dengan tindakan tegas tanpa dialog terlebih dahulu dan hal ini tentu merugikan ormas islam (termasuk Muhammadiyah) seperti pemblokiran situs Islam seperti PANJI MASYARAKAT (media yang dirintis oleh tokoh Muhammadiyah BUYA HAMKA) dan lain-lain
2.       Masih terjadi dikatomi pelayanan antara lembaga yang dikelolah oleh negara dangan lembaga suasta utamanya dalam sektor pendidikan. Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ribuan jumlahnya tersebar di seluruh Indonesia. Yang nota bene yang belajar dan yang mengajar serta yang mengelolah adalah puta putri banggsa ini.
Maka penting bagi kita membuka ruang-ruang dialog untuk membahas masalah kita bersama, karena dialog itu mencerdaskan, baik itu Pemerintah dengan persyarikatan Muhammadiyah, demikian juga Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah dengan Ortom, ortom Muhammadiyah atau pimpinan Muhammadiya dengan kader-kader Muhammadiyah. Hanya dengan seperti itulah kita bisa menyikap selimut yang selama ini mengungkung cahaya Muhammadiyah hingga tidak terang, terkhus di Kab. Barru.

Sehingga Arti Milad 107 Muhammadiyah yang di selenggarakan di Barru kali ini sangat penting artinya bagi Persyarikatan Muhammadiyah di Barru. Apa lagi Muhammadiyah adalah ormas tertua yang ada di Barru namun keberadaanya sudah terasa namun kemajuannya tentu tidak sebanding dengan usianya bila kita mau membandingkan dengan haroqa Islam lainnya yang masih baru namun memberi kemajuan melampaui Muhammadiyah.

Wallahu ‘alam bissawab.
RUSLAN SYEH ABDULLAH

MEMBANGUN PENDIDIKAN, MEMBANGUN KARAKTER BANGSA



MEMBANGUN PENDIDIKAN, MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya kepada Allah Rabbul izzati, yang telah mencurahkan rahmat dan taufiq-Nya kepada kita sekalian sehingga dikesempatan yang berbahagia ini, kita hadir dalam suasa syahdu, suasana yang tercipta karena semangat yang kita bangun untuk menjadikan diri kita, lembaga kita serta profesi kita menjadi sesuatu yang bermartabat dan menambah kemulian kita di dunia ini, Insya Allah dan demikian pula di akhirat kelak, Amien yaa Rabbul alamien!

Bapak /ibu dewan juri yang kami muliakan
Bapak /ibu guru pendamping yang kami hormati
Serta hadirin dan rekan-rekan sekalian yang kami banggakan
Adapun pidato kami berjudul “MEMBANGUN PENDIDIKAN, MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Tiada yang abadi dalam hidup ini kecuali perubahan. Namun masalahnya. Apakan hari ini kita menuju perubahan yang lebih baik atau sebaliknya?, maka indikatornya tidaklah di tentukan pada kemewahan hidup dengan kepemilikan barang mewah yang serba canggih, atau melimpahnya kekayaan berupa uang dan emas, atau perniagaan yang keuntunganny belipat-lipat. Sekali lagi bukan. Akan tetapi kemajuan itu harus dimaknai dengan semakin dewasanya kita dalam bersikap, semakin dewasanya dalam bertutur sapa, demikian juga semakin dewasanya kita dalam membangun budaya dan peradaban.

Maka sejalan dengan itu..!
Bapak /ibu yang kami hormati
Serta hadirin sekalian yang kami banggakan
Pendidikan bertujuan kepada kedewasaan. Maka kemajuan subuah peradaban serta masarakat yang berbudaya itu pastilah beriringan dengan kemajuan di sektor pendidikan. Maka secara tegas dan pasti tidaklah mungkin perubahan akan menjadi baik kalau sektor pendidikan kita carut-marut, Tenaga pengajarnya kurang profesional dan tidak mencintai profesinya, Kurikulumnya serba ujicoba dan tidak pernah tuntas, sarana penunjang tidak memadai, dan masyarakat mampu enggan berinfestasi amal dalam pendidikan

Maka jelaslah bagi kita, begitu banyak yang mesti kita benahi di sektor pendidikan jika ingin menjadikan masyaraka kita masyarakat yang maju dan berbudaya. Karena bahayanya, jika tidak ada keseimbangan antara nilai kedewasaan dengan kemajuan tekhnologi. Tehnologi akan melukai generasi kita , bila mereka tidak terbangun karakternya sebagai mana seorang anak kecil membawa alat tajam yang melukai dirinya karena tidak tahu menggunakanya alat tajam itu secara baik dan bijaksana.
Maka saksikanlah anak-anak kita korban tehnologi yang tidak dibarengi dengan pembekalan agama yang memadai dengan niali-nilai akhlaq terpuji. Di dunia maya kita disibukkan dengan prilaku generasi anak bangsa yang tidak bijak menggunakan sosial media yang mencerminkan kurangnya rasa malu dan tidak berpikir panjang akan akibat dari ulah mereka. Kerusakan moral ini akan terus menyebar laksana virus menjankiti kehidupan generasi anak bangsa ini. Akhirnya

Kalau beli sekarung pakan
Beri juga si burung angsa
Kalau anda peduli pendidikan
Berati anda peduli bansa

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu

DALAM DEKAPAN SENJA

DALAM DEKAPAN SENJA
(puisi atas permintaan ananda Sayyid Fadhlan)
 KARYA : SAYYID RUSLAN ABDULLAH


Di sini
Rintihan pilu kudengar dari ragam berita
Darah dan air mata mengalir diselah luka kepiluan
Tali ketakutan membelit tubuh mungil
Dengan mata basah dengan sejuta tanya
“mengapa aku disiksa?”

Sementara
Dibelahan bumi sana
Berjatuhan anak-anak kita karena sengketa
Langit mendung meratap nista
Mesiuh dan bom hapuskan impian
Tanah menjadi merah dengan darah
Air tak lagi mengalir terbendung tumpukan tubuh mereka

Kupejamkan mata
Karena tak mampu menahan sesak dalam dada
diselah desah terbesik doa
“Tuhan..!!
Selamatkan anak-anak kami
Dari angkara murka yang meraja disetiap waktu.

Dalam dekapan senja
Matahari perlahan tercelup di perbatasan lagit
Rona merah menghias di ufuk timur
Berganti malam pekat.

Semoga esok mentari bersinar cerah
Diantara embun pagi menyapa sejuk rerumputan
Dan ragam berita berganti senyum dan tawa
Hingga kita yakin harapan itu ada.


Barru, 27 Agustus 2016

BERAPA KAKINYA KURSI?

PESAN BIJAK DARI SEBUAH PERTANYAAN
(BERAPA KAKINYA KURSI..??)

Pertemuan yang sangat menyenangkan dari  bapak Paharuddin dalam perbincangan hangat di ruang tamu di kediman beliau.  Mengawali cerita ketika belia menamatkan SGO (Sekolah Guru Olah raga), tinggal di sebuah rumah dari seorang tua yang tak pandai membaca namun bijak dalam bertutur sapa,termasuk ketika hendak menegur atas sebuah sikap ‘kurang etik’.

Lanjut Bapak Paharuddin menceritakan disuatu pagi ia menyempatkan diri duduk di suatu kursi dekat dengan sang orang tua, Namun karena ingin santai dan menghibur diri maka beliau menaikkan kakinya ditepian meja sambil menekan dan bera badan disorong kebelakang hingga dua kaki kursi teranggat dan tinggal dua kaki kursi belakang sebagai penyangga  ( Bahasa Bugis= Mattongkang kadera) dan sambil diayun laksana kursi malas.
Sang orang tua bijak ini melihat kejadian ini dengan tidak menegur perbuatan itu, hanya memberi sebuah pertanyaan ,“ Nak.. Engkau tahu berapa jumlah kakinya kursi..?”,  maka yang ditanya sontak menjawab “ Empat uwa”. Maka sang orang tuapun menjawab. Engkau tahu empat, lalu kenapa engkau menggunakan dua saja, ketahuilah sesuatu yang tidak di gunakan berdasarkan fungsinya maka kalau bukan  kau yang rusak, maka engkau akan merusaknya”.

Maka sungguh pertaan yang bijak dari serang tua yang tidak pernah menempuh pendidikan akademis. Maka jelaslah bagi kita bahwa kata bijak bukan milik akademisi tetapi orang yang memilliki kedewasaan nurani.

Salam Cinta

MENGISI KEMERDEKAAN

ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

Dewan juri yang kami muliakan
Dan hadiri yang kami hormati

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, atas segala rahmat dan hidayahnya kepada kita semua sehingga pada kesempatan yang bahagia ini, kita dipertemukan dalam suasa yang syahdu, suasana yang penuh kebahagian, karena kita memeriahkan Hari ulang Tahun Kemerdekaan Repoblik Indonesia yang ke 71, negeri yang kita cintai, negeri yang direbut oleh paran pejuang dengan segenap pengorbanan, negeri yang subur yang bertajuk “ Sepenggal firdaus di garis katulistiwa”. Sungguh tiadalah arti semua itu bila kita tak dapat memberi arti dengan karya terbaik kita. Maka judul pidato kami kesempatan kali ini adalah Mengisi kemerdekaan.

Dewan juri yang kami muliakan
Dan hadiri yang kami hormati
Indonesia adalah negara yang dimana kaki kita berpijak dengan tanahnya yang subur, langit yang kita junjung dengan warna biru dengan udara yang kita hirup hingga sejuk menyeruak ke rongga dada, air yang mengalir tiada henti mengalungkan irama kesyaduan, pantai yang indah gunung yang menghijau. Ini adalah karunia Tuhan yang teramat mahal harganya yang di dapat dengan berbagai pengorbanan para pejuang dan syuhada Bangsa ini demi menegakkan kedautan bangsa serta kemulian kita sebagai suatu bangsa di dunia.
Dari sejarah perjuangan yang termat panjang, ditindas oleh keanggkara murkaan bangsa penjajah karena ingin merampas kekayaan yang terkandung di dalamya. Maka para pejuang kita berkorban jiwa raga untuk itu. Mereka mengorbankan tidur mereka demi menjamin agar kita bisa tertidur lelap dalam suasana merdeka, mereka korbankan harta benda mereka agar kita dapat memperoleh keabsahan kepemilikan kita dalam damai, mereka korbankan jiwa mereka agar jiwa raga kita tidak ternistakan oleh keangkara murkaan kaum imperialis. Mereka korbankan darah dan air mata agar kita tidak menagis darah karena terhina.

Dewan juri yang kami muliakan
Dan hadiri yang kami hormati
Maka sebagai bangsa yang besar, tentulah kita berbangga dengan para pejuang pendahulu kita dengan menancapkan niat yang teguh di dalam hati, berjaji setia pada tanah air ini untuk melanjutkan perjuangan mereka dengan mengisi kemerdekaan ini dengan karya-karya terbaik dari kami, dengan ilmu yang memadai, kekuatan yang prima serta jauh dari segala yang merusak moral dan semangat untuk membangun negara ini.
Olehya itu mari kita meluangkan waktu kita dengan belajar, berkarya dan patuh terhadap hukum.
Jadikanlah diri kita sebagai pionir perubahan, yang mengarahkan bahtra negeri ini pada haluan yang dicita-citakan pendiri bangsa ini. Bukan menjadi beban bangsa ini hingga menjadi masalah besar bagi kemajuan bangsa.

Dewan juri yang kami muliakan
Dan hadiri yang kami hormati
Akhirnya.

Suburnya kembang karena dirawat
Pupuk di beli di toko Tani jaya
Sungguh pemuda haru kuat
Agar negeri ini berjaya