SENANDUNG RINDU

11.15 Unknown 0 Comments

SENANDUNG RINDU


Lantunan senandung rindu
Mendayu di batas senja
Hingga malam redupkan cahaya mentari
Bergemah hidupkan gairah juang
Nyalakan lampu lentera hati yang mulai padam
Sampai jelaslah yang buram
Dan berbeda segala yang tersamar

Ku ingin senandung membahana di setiap jengkal tanah
Agar tiada sesat jalan yang dituju
Aral juang tiada penghalang
Kemilau intan permata tiada menutup pandangan

Wahai senandung rindu
Aku ingin menjadi Musa  
Meninggalkan  istana Fir’aun
Lalu mengembara mencari cinta
Membela lautan dan berlari menuju kehidupan baru

Wahai senandung rindu
Aku ingin menjadi  Bilal.
Walau  menahan sesak di atas himpitan batu
Di atas terik zaman yang menyayat hati
Demi keyakinan yang ahad

Wahai senandung rindu
Aku ingin menjadi Amar
Dengan keyakinan yang teguh
Mengantarkan ayah dan ibu keperaduan terindah
Walau melalui penguasa berlumur darah

Wahai senandung rindu
Aku ingin jadi perindu
Dalam setiap nafas
Kurindu berakhir diatas perjuangan
Dengan pengabdian cinta


Barru, 1 Maret 2016

0 komentar:

DI PELUPUK MALAM

10.45 Unknown 0 Comments

DI PELUPUK MALAM

Di pelupuk malam doa teruntai
Seiring desir angin berlalu di batas fajar
Dan gerimis tercurah ke bumi
Pada bulan Ramadhan di lembah Newi

Angin menyapa hati pun tersentak
Tak kala kasih senandungkan rindu
Bunga kuncup mekar di kalbu
Di selah keterjagaan malam tanggal dua satu

Bunga menari tertiup angin
Pohon kamboja diam bertafakkur
Sementara bulan tsabit tersenyum menyambut imsak

Semerbak aroma sahur mengusik kesyahduan
Gemuru suara membahana dari menara masjid membangunkan
Keresek suara piring dan sendok beradu di meja makan
Hingga doa imsyak terdengar dari radio di sudut kamar

Waktu berlalu melintasi sepanjang kenangan
Diatas titian pengabdian dan cinta
Kurajut hari-hari bersama harapan terpendam
Agar tersulam sejadah panjang hingga masa menutup usia
Di atasnya kita berdiri
Kita ruku
Kita sujud
Dan duduk
Mempersembahkan cinta
Membesarkan asma-Nya
Allahu akbar.


Serui, 2009










0 komentar:

LUKA SELALU ADA

18.28 Unknown 0 Comments

LUKA SELALU ADA
(puisi untuk adinda Hera)


Luka itu masih ada
Setelah engkau tikamkan luka bertahun tahun
Lalu kautinggalkan dengan tetesan darah kepedihan
Hingga tubuh dan hati meringkih menahan perih
Walau sudah kubalut dengan senyum dan bubuhan sabar dan kepasrahan
Namun begitu mudah terbentur dan berdarah kembali

Luka itu masih ada
Bersama kelamnya dosa
Dan kenikmatan yang kita dulang
Membasahi luka membuat perih sampai entah kapan

Langit tak pernah lagi cerah bagiku
Jalan berbatu terhampar dihadapanku
Keputus asaan menari mengajakku berdansa
Iringin langkah bodoh  di masa lalu

Namun senyum kecil dan tangis anak kita
Menghentikan segala langkah yang inigin kuambil
Hingga tangis kuledakan diatas sejadah
Sujud memohon penganpunan
Atas segala khilaf dan salah

Kubiarkan engkau berlalu
Bagai batang hanyut mencari pantai
Sementara aku bermain dengan belombang hidup ini
Ditepian kebimbangan dan harapan

Tuhan
Lukaku..
Anakku
Anakku- lukaku 
Ampuni hambamu..!!!



Kampung Baru, 2007

0 komentar:

TAMSIL LAUT

17.42 Unknown 0 Comments

TAMSIL LAUT

Karya : Ruslan Syeh Abdullah

Angin hembuskan kenangan dan cinta
Di puritan kapal menuju dermaga impian
Tempat bersemayam mimpi yang terbagun kemarin
Namun kewaspadaan akan badai yang menghantam sewaktu ia datang
Terselip diantara binar-binar cahaya merah di garis pertemuan langit
Dan gelorah laut menyapa dengan irama syahdu
Mengayun pijakan kaki  di tatapan senja
Telusuri laut dengan tamsil sejuta pesona.

Laut adalah permaisuri
Cantik dan anggun di atas singgasana waktu
Diiringi dayan-dayan yang menari dengan pancing dan jala
Ditabuh musik semilir angin dan suara camar menukik
Dengan kedalaman penuh misteri.

Laut adalah lelaki
Dengan gelora kerinduan debur ombak mencumbu pantai
Kesetian,
Keperkasaan,
Dan
Kesunyian

Laut adalah kitab kehidupan
Yang tak pernah tentas terbaca.


Barru, 10 Januari 2015 

0 komentar:

WAJAH NEGERI ½ DEMOKRASI

16.28 Unknown 0 Comments

WAJAH NEGERI ½ DEMOKRASI
Karya : Ruslan Syeh Abdullah

Nisan harga terpahat sudah
Diantara rimbunan utang dan masalah politik
Perselingkuhan hukum dan dagang membelit negeri
Kini harapan terpaut pada kesabaran anak negeri
Menanti pucuk dan buah hadir pada pohon yang mulai melapuk
Hati siapa yang tak miris
Memandang nasib rakyat menjadi arena bola sodok di atas meja biliyard seluas negeri ini
Dan pamer kemahiran memantul bola dari lubang satu ke lubang yang lain
Dari dinding satu ke dinding yang lain
Hingga kepedihan dan rintihan tiada terdengar diantara tawa berpesta dengan nafsu kekuasaaan.
kekuasaa parlemen representasi pengusaha dan menjadi ajang perdebatan panjang untung rugi.
kemakmuran rakyat tinggal wacana yang tergantung kaku tepat di bawah burung garuda.
Tuhan inikah yang harus kusaksikan ..
Berikan kami kekuatan untuk melaluinya.


Barru,27 september 2014

0 komentar:

LAHIRKAN PAHLAWAN

05.11 Unknown 0 Comments



LAHIRKAN PAHLAWAN
Karya : Ruslan Syeh Abdullah


Lahirkan cinta dilautan luas
Walau gelora gelombang menghempas kapal negeri
Petir menggelagar,
badai menerjang
hujan mengguyur deras

Lahirkan cinta pada daratan tandus
Tanah kering kerontang
Kemarau berkepanjangan
Sungai tinggal bongkahan bebatuan dan kubangan ulat-ulat air
Pepohonan mengering,
daun dan buah berjatuhan sebelum ranum

Lahirkan cinta ditengah keperihatinan
Lahirkan cinta di sana

Dan pecinta sejati , ia akan berayun ditengah gelorah gelombang lautan yang menghempas diiringi dentuman guntur dan petir menghias serta ditemani canda hujan menguyur deras.
Pencinta sejati  akan  mengucurkan keringat deras membasahi tanah tandus alirkan sungai-sungai di hatimu hingga dedaunan rimbun dan buahpun akan masak pada waktunya.
Karena besarnya cinta diukur dari karya menghalau derita

Lahirkan cinta
Karena pahlawan lahir dari cinta
Lahirkan cinta
Lahirkan pahlawan.

 Barru,10 November 2014

0 komentar:

COLLIQ PUJIE

18.05 Unknown 0 Comments

COLLIQ PUJIE

Kutelusuri jalan tak berjejak
Yang dulu perna engkau lalui
Tapak kaki telah lenyap di negerimu sendiri
Entah oleh panasnya mentari
Atau derasnya hujan
Atau tertiup angin
Atau...
Oleh siapa...?

Aku mencintaimu
Seperti  cinta Larumpa Megga Dulung lamuru
Menerobos rumpa tanete
Menggayut cinta

Aku mencintaimu
Seperti cinta We Tenri Yolle Datu Tanete
Menghamparkan permadani perjanjian
Di atas bumi Tanete
Untuk tidak saling menghianati

Aku mencintaimu
Seperti Wegading arung atakka
Seperti  cinta Imakkawaru indera putra arung ujung
Menanggalkan kebesaran
Mengejar cinta

Di sini aku adalah diriku sendiri
Mencitaimu
Seperti aku mencintai tanah ini.

Barru, 2003




0 komentar:

SENJA DI PANTAI PANCANA

08.32 Unknown 0 Comments



SENJA DI PANTAI PANCANA

Karya : Ruslan Syeh Abdullah

Di pantai pancana menatap senja
Merah kemilau mewarnai laut
 Debur   ombak tiada henti
Segala bayang semakin memudar
Jelang  malam mengganti siang

Jolloro menari di iringi irama pantai
Angin berhembus kabarkan aroma laut
Camar sesekali terbang mengitari Putianging
Memberi salam pada ratu malam.

Wangi awu-awu- bakar menusuk kenangan
Hanyutkan ke dermaga hayal
Akan jumpa srikandi pejuang
Dalam sukmaku terpatri namamu
Colliq pujie, matahari Pancana.

Pancana, 10 Juni 2011


0 komentar:

SENJA DI PANTAI PANCANA

08.31 Unknown 0 Comments



SENJA DI PANTAI PANCANA

Karya : Ruslan Syeh Abdullah

Di pantai pancana menatap senja
Merah kemilau mewarnai laut
 Debur   ombak tiada henti
Segala bayang semakin memudar
Jelang  malam mengganti siang

Jolloro menari di iringi irama pantai
Angin berhembus kabarkan aroma laut
Camar sesekali terbang mengitari Putianging
Memberi salam pada ratu malam.

Wangi awu-awu- bakar menusuk kenangan
Hanyutkan ke dermaga hayal
Akan jumpa srikandi pejuang
Dalam sukmaku terpatri namamu
Colliq pujie, matahari Pancana.

Pancana, 10 Juni 2011


0 komentar:

PUISI SECAWAN AIR

08.30 Unknown 0 Comments



PUISI SECAWAN AIR
Karya Ruslan Syeh Abdullah

Secawan air kuteguk
Dan kusaksikan peluh bercucuran
Bagai hujan di pelataran lembah
Mengalir deras hingga membuat keruh permukaan sungai
Menuju  laut yang menghempaskan ombak ketepian pantai
Seperti kemarahan yang terpendam menahun.

Dan lihatlah ..!!
Para nelayan sibuk menyelamatkan kapal
Dan menghitung tabungan tersisah untuk makan hari ini.
Sementara harga kebutuhan membubung tinggi
Bah ombak di lautan yang tak mampu diarungi

Esok hari
Laut meredah berganti gejolak jiwa
Dan ombak berkecamuk di rumah-rumah para nelayan
Hingga retak dan pecah bahkan patah
Piring dan kaca
Serta  pinsil anak sekolah.

Bojo, 27 Januari 2015
(workshop Ihya)

0 komentar: