ETIKA BERTEMAN
ETIKA BERTEMAN
إن الحمد لله، نحمده ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن
سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مُضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله
إلا الله، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
Segala
syukur hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan tuntunan Addinul Islam
yang memberi cahaya kedamaian dalam hidup serta pelita penerang dalam kegelapan
zaman yang penuh dengan godaan duniawi.
Salawat
serta salam kepada manusia pilihan, manusia tauladan yaitu Rasulullah Muhammad
SAW.
Allah
berfirman di dalam Al-Qur’an
wur öÏiè|Áè? £s{ Ĩ$¨Z=Ï9 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøèC 9qãsù ÇÊÑÈ
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
Jama’ah
yang di rahmati Alla SWT
Bergaul
adalah sebuah keniscayaan bagi kita, bermasyarakat, berkelompok, berorganisasi,
dan kita tidak mungkin hidup tanpa orang lain. Sesorang dalam hidupnya
membutuhkan kehadiran orang lain, sehingga berjalanlah ushanya, berkembanglah
ekonominya, terasalah pengaruhnya di tengah masyarakat. Terlebih bagi mereka
yang memiliki ilmu yang bermanfaat maka ia memiliki lahan untuk mengaplikasikan
ilmu sebagai ladang amal dan rezki.
Olehnya
itu kita di perintahkan oleh Allah SWT, untuk memaksimalkan potensi kita dengan
penuh ke ikhlasan dan kesabaran serta menjahkan diri dari sifat sombong dan
takabur.
Dalam
bergaul kita di larang oleh Allah untuk memalingkan muka kepada manusia.
Memalingkan muka dapat di artikan :
1.
Orang angkuh karena tidak mau menatap sesama
manusia, ia hanya memandang dirinya sendiri sebagai orang selalu “wah” dan
bahkan mencibir terhadap sesama manusia.
2.
Orang yang tidak peduli terhadap orang lain
terlebih bila mendatangkan beban bagi dirinya. Sehingga solidaritasnya hilang,
hatinya kering membatu, telinganya tuli dari ringkih kepedihan orang lain.
Namun selalu berkeluh kesah terhadap masalahnya sendiri.
3.
Berpaling dari perintah Allah, karenah tidaklah
mereka menunaikan kewajibannya terhadap manusia keculi meraka peduli kepada
sesama. Dan kepedulian kepada sesama di awali dengan saling kenal (Ta’arruf),
saling memahami (Tafahum), dan Saling meringankan beban (Takafful). Semuanya
itu tentu jauh dari rasa sombong dan takabbur.
Hadirin
yang di rahmati Allah
Berangkat
dari pemahaman di atas, maka sesorang hanya dapat di katakan shaleh bila mampu
menjadikan dirinya sebagai pelaku dakwah dan memberikan manfaat yang besar pada
kehidupan itu sendiri, sehingga dalam masyarakat dia menempati posisi yang yang
sangat di banggakan oleh masyarakat serta keluarganya.
Orang
demikian, ketidak adannya merupakan kehilangan bagi masyarakat dan dirindukan
kedatangannya, dan keberadaanya memberikan manfaat yang berarti di mana ia berada.
Akhirnya: kereta api menarik gerbong
Relnya panjang
melintasi sungai
Tiada guna
menjadi orang sombong
Sia-sialah hidup
karena lalai
úc 4 ÉOn=s)ø9$#ur $tBur tbrãäÜó¡o ÇÊÈ
Wassalau alaikum warahmatullahi wabarakatuh
t
0 komentar: