ETIKA BERTEMAN

19.41 Unknown 0 Comments

ETIKA BERTEMAN
إن الحمد لله، نحمده ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مُضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.

Segala syukur hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan tuntunan Addinul Islam yang memberi cahaya kedamaian dalam hidup serta pelita penerang dalam kegelapan zaman yang penuh dengan godaan duniawi.
Salawat serta salam kepada manusia pilihan, manusia tauladan yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Allah berfirman di dalam Al-Qur’an
Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ
18.  Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Jama’ah yang di rahmati Alla SWT
Bergaul adalah sebuah keniscayaan bagi kita, bermasyarakat, berkelompok, berorganisasi, dan kita tidak mungkin hidup tanpa orang lain. Sesorang dalam hidupnya membutuhkan kehadiran orang lain, sehingga berjalanlah ushanya, berkembanglah ekonominya, terasalah pengaruhnya di tengah masyarakat. Terlebih bagi mereka yang memiliki ilmu yang bermanfaat maka ia memiliki lahan untuk mengaplikasikan ilmu sebagai ladang amal dan rezki.

Olehnya itu kita di perintahkan oleh Allah SWT, untuk memaksimalkan potensi kita dengan penuh ke ikhlasan dan kesabaran serta menjahkan diri dari sifat sombong dan takabur.

Dalam bergaul kita di larang oleh Allah untuk memalingkan muka kepada manusia. Memalingkan muka dapat di artikan :
1.       Orang angkuh karena tidak mau menatap sesama manusia, ia hanya memandang dirinya sendiri sebagai orang selalu “wah” dan bahkan mencibir terhadap sesama manusia.
2.       Orang yang tidak peduli terhadap orang lain terlebih bila mendatangkan beban bagi dirinya. Sehingga solidaritasnya hilang, hatinya kering membatu, telinganya tuli dari ringkih kepedihan orang lain. Namun selalu berkeluh kesah terhadap masalahnya sendiri.
3.       Berpaling dari perintah Allah, karenah tidaklah mereka menunaikan kewajibannya terhadap manusia keculi meraka peduli kepada sesama. Dan kepedulian kepada sesama di awali dengan saling kenal (Ta’arruf), saling memahami (Tafahum), dan Saling meringankan beban (Takafful). Semuanya itu tentu jauh dari rasa sombong dan takabbur.
Hadirin yang di rahmati Allah

Berangkat dari pemahaman di atas, maka sesorang hanya dapat di katakan shaleh bila mampu menjadikan dirinya sebagai pelaku dakwah dan memberikan manfaat yang besar pada kehidupan itu sendiri, sehingga dalam masyarakat dia menempati posisi yang yang sangat di banggakan oleh masyarakat serta keluarganya.
Orang demikian, ketidak adannya merupakan kehilangan bagi masyarakat dan dirindukan kedatangannya, dan keberadaanya memberikan manfaat yang berarti  di mana ia berada.
Akhirnya:             kereta api menarik gerbong
                                Relnya panjang melintasi sungai
                                Tiada guna menjadi orang sombong
                                Sia-sialah hidup karena lalai
úc 4 ÉOn=s)ø9$#ur $tBur tbrãäÜó¡o ÇÊÈ            
Wassalau alaikum warahmatullahi wabarakatuh


t

You Might Also Like

0 komentar: