KILAS BALIK “ MENATAP WAJAH BARU”

00.35 Unknown 0 Comments

KILAS BALIK “ MENATAP WAJAH BARU
(Sebuah catatan dari pementasan Sanggar Colliq Pujie sebagai pentas perdana bagi anak2 yang baru di-Worshop)

Mengawali tulisan ini kami persembahkan, tentu kami tidak dapat mengelak dari sebuah penilain subyektif , sebagaiman lazimnya salahseorang pencetus  Sanggar Seni Colliq Pujie  (CP)dan bersama pengurus sekarang perna bersama-sama dalam produksi teater dan musik di kab. Barru.

Pemantasan yang bertajuk menatap wajah baru memang memberi aroma yang kental bagi penonton akan sebuah pertunjukan yang sesungguhnya dan  pernah di lakukan oleh Sanggar Seni KOREK 45 Barru, Baik dari desain luar yang diawali dengan pameran lukisan hingga dengan pola duduk lesehan, demikian juga komposisi  panggung  yang konek dengan pemain musik yang seluruh pertunjukan tidak lepas dengan arensemen musik ( Musik hidup).

Penulis tidak tahu persis ada berapa agenda acara yang terlewatkan, namun harus diakui bahwa tingkat partisipasi insan seni yang ada di CP relatif berkembang dengan Tampilan Tari 4 etnis yang dipadu dengan lagu-lagu daerah yang dimainkan. Dalam tari ini kami menilai murni sebagai tari kreasi yang lebih menonjolkan keserasian gerak dengan ciri khas 4 etnis ( Bugis, Mandar, Makassar dan Tator) yang dapat dibaca sebagai ajakan untuk menciptakan keserasian dalam hidup dengan bekerja sama untuk membagun sulawesi selatan. (walau diawali dengan prolog tentang Mandar sebagai etnis yang sudah berpisa dengan Sul-Sel, namun jiwanya masi senantiasa melekat di hati masyarakat).

Namun Pertunjukan Drama yang berjudul ‘ CINTA DUNIA AKHIRAT’ maka kita disajikan dengan alur yang sangat mentah (Mudah ditebak ending dari dramanya), ungkpan-ungkapan yang tidak multi tafsir layaknya bahasa hukum, sehingga kegelian acapkali menghinggapi kita dalam menyaksikan. Demikian juga adegan-adegan yang diramu oleh sang sutra dara acapkali menabrak realitas etika dan agama.

Diawali dengan adegan pasangan muda -mudi yang mesra berjalan sambil menunjuk  kiri dan kanan lalu berjanji setia untuk menikah dengan persediaan bongkahan batu, lalu out stake lampu sedikit redup dan muncul sosok berpeci sendirian yang duduk di tengah panggung, tak lama kemudian datanglah sepasang muda-mudi yang lansung adegan ijab khabul lalu out stake.
Maka penilaian penulis menvisualkan ijab khabul dengan cara seperti di atas mengambarkan perkawinan siri( Kawin lari) atau nikah ala Muth’ah yang jauh dari konsepsi syariah, walau kita sadari bahwa ini sebuah karya seni, namun karya seni yang bercerita tentang sebuah syariah perkawinan maka tentu tetaplah menghargai azas agama yang dijunjung tinggi bagi ummat islam.

Adegan selanjutnya pengantin baru nampak perbincangan dengan mengawali saling menawarkan siapa dahu berbicara, maka sang suami mengala dan memberika waktu kepada istrinya yang mengabarkan tentan kehamilan denga sedikit bumbu yg diarahkan kepada pengguna narkoba. Lalu ketika sang suami mengutarakan maksudnya untuk merantau ke Jakarta kondisi istrinya pun tidak menjadi pertimbangan.lalu out stake.

Adegan selanjutnya hanya sekedar sisipan yang berkenaaan dengan budaya ngrumpi ibu-ibu dengan kondisi sang istri yang ditinggal sudah hamil tua lalu sedikit kekacauan, maka datanglah sang ustad melerai dan mengajak kepengajian..lalu out stake.

Adegan selanjutnya seorang perempuan kaya kecurian yang bertemu dengan suami dan meminta tolong, dan dapat dipastikan iapun menolong dengan mengejar pencuri dan mengembalikan barang curian itu ke pemiliknya danterjalinlah hubungan diantara mereka.. lalu out stake.

Adegan selanjutnya tersaji dengan istri yang sudah melahirkan dengan tampil dua anak yang tidak sama besarnya. Tidak jelas bagi kami apakah anak itu kembar atau seperti apa karena tidak ada penjelasan dalam dialog maupun slaid, sehingga penokohon sangatlah lemah dalam menampilkan aktor.
Lalu kedua anak itu memaksa ibunya untuk berangkat ke Jakarta untuk mencari ayahnya. Dan diakhir dengan pertemuan yang dapat ditebak, yaitu ssat bermesraan dengan gadis pengusaha dan percekcokan antara suami istri dan gadis pengusaha itu-pun terjadi. Awalnya sang anak menolak ayahnya karena menyakiti ibunya, namun setelah ia bersimpuh ke kaki istrinya, maka anakpun memohon kepada ibunya agar mengampuni ayah mereka.
Proses itu begitu cepat sehingga  kami berpendapat sutrada mengabaikan proses dan sehingga tidak
Tergambar bagi kami dari sebuah rasa yang mengara pada perubahan karakter dari menolak menjadi menerima.

Dari semua pertunjukan kami memberi apresiasi yang cukup,segai awal dari sebuah kebangkitan berekspresi dan tentu kami berharap kedepan ada forum untuk mendiskusikan keberlansungan berkesenian di barru.

SELAMAT>>
SALAM CINTA
SALM BUDAYA.


Namun sesuatu yang menggugah bagi kami ketika saudara Muhaemin membacakan Puisi Kerinduan dari seorang adinda yang aktor kebanggan kami waktu di Sanggar Seni SEMUT’R  (Adifadli Hasman)
Yang meninggal dunia saat kecelakaan di depan pompa bensin lipukasi Tanete Rilau. Puisi yang di ciptakan sendiri saudaraku Muhaemin.
Bravo untuk adinda Muhaemin
Salam >>>
Salm cinta

Salam Budaya.

You Might Also Like

0 komentar: